PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan
secara tahap demi tahap.Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, dan
efisien dapat menghasilkan sesuatu yang mampu mempercepat jalannya proses
pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum
dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai tujuan dari pendidikan nasional
itu sendiri.
Pendidikan
nasional berusaha untuk membimbing warga negara Indonesia kepada pengembangan
pribadi yang berdasarkan ketuhanan serta bermasyarakat dan mampu membudayakan
alam sekitarnya.Menurut Sunarya (Fuad Ihsan, 2003: 114), pendidikan nasional
adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di atas landasan dan di jiwai oleh
falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan
dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Sebagai
suatu sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan yang sangat jelas, seperti
yang telah dijelaskan dalam undang-undang pendidikan bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan manusia
seutuhya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi luhur serta memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan
rohani serta memiliki kepribadian yang mantap dan memiliki tanggung jawab yang
tinggi kepada masyarakat dan bangsa.
Jika
pendidikan merupakan salah satu hal yang paling utama dalam pengembangan sumber
daya manusia maka tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tentunya memiliki
tanggung jawab yang sangat besar dalam mengemban tugas ini. Sehingga standar
mutu pendidik dan tenaga kependidikan perlu untuk ditingkatkan
Guru
menjadi salah satu unsur sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan dalam
pendidikan di sekolah, karena guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat
dengan peserta didik dalam pendidikan sehari-hari di sekolah. Depdikbud menyatakan
bahwa guru merupakan sumberdaya manusia yang mampu mendayagunakan faktor-faktor
lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar yang bermutu dan menjadi
faktor utama yang menentukan mutu pendidikan.
Menurut
Samana (1994:14), guru yang bermutu mampu berperan sebagai pemimpin di antara
kelompok siswanya dan juga di antara sesamanya, ia juga mampu berperan sebagai
pendukung serta penyebar nilai-nilai luhur yang diyakininya dan sekaligus
sebagai teladan bagi siswa serta lingkungan sosialnya, dan secara lebih
mendasar guru yang bermutu tersebut juga giat mencari kemajuan dalam
peningkatan kecakapan diri dalam karya dan dalam pengabdian sosialnya. Jelas
bahwa guru yang bermutu dalam tugas dan kewajibannya yang terkait langsung
dengan proses belajar mengajar maupun tidak terkait langsung, sangatlah
berpengaruh terhadap hasil belajar mengajar. Guru dipandang sebagai factor
kunci, karena guru yang berinteraksi secara langsung dengan murid dalam proses
belajar mengajar di sekolah (Imron,1995)
Sebagai
tenaga pendidik guru menjadi faktor penentu dalam peningkatan mutu pendidikan
di sekolah. Oleh karena itu, para pendidik harus dapat meningkatkan kinerja
dalam melaksanakan tugas karena pendidikan di masa yang akan datang menuntut
keterampilan profesi pendidikan yang bermutu. Sehingga kinerja guru yang
profesioanal dapat menjadi angin segar bagi keberhasilan dalam dunia pendidikan
di masa yang akan datang. Untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah pemberian
berbagai jenis pelatihan dan pendidikan profesi kepada para guru tentu sangat
dibutuhkan.Menurut Taufik (Abdul Hadis dan Nurhayati B, 2010: 9), menjelaskan
ada dua faktor penting yang mem-pengaruhi kinerja guru di sekolah yaitu faktor
kualifikasi standar guru dan relevansi antara bidang keahlian guru dengan tugas
mengajar.
Kinerja
guru tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan kepala sekolah. Pengertian
kepemimpinan menurut Gary Yulk (1994) dalam Sagala (2011:115) “Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi, memerintah secara persuasif, memberi contoh, dan
bimbingan kepada orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh terhadap kinerja guru. Peran dan
fungsi yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
seperti yang dijelaskan oleh Dinas Pendidikan dalam Mulyasa (2004 : 97)
diantaranya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator dan motivator.Peran atau indikator tersebut untuk memperbaiki dan
meningkatkan situasi belajar mengajar. Prioritas utamanya yaitu memperbaiki dan
meningkatkan mutu belajar dengan memperbaiki kinerja guru yang menanganinya.
Guru memiliki potensi yang besar pada dirinya masing-masing, namun potensi
tersebut belum dinyatakan pada aktivitas kegiatan mengajar secara penuh karena
belum memperoleh rangsangan dan motivasi dari pengawas selaku pimpinan sekolah
maupun seniornya. Kepemimpinan pembelajaran merupakan kemampuan dalam
mempengaruhi mereka untuk memberi motivasi dan menyadarkan supaya guru bekerja
dengan sepenuh kapasitas kemampuan. Kepala Sekolah dituntut untuk dapat bekerja
sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Masalah
kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik sebab suatu organisasi dapat
berhasil atau tidaknya sebagian ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Menurut
Sutisna(E Mulyasa,2002:107), menjelaskan kepemimpinan merupakan proses
mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian
tujuan dalam situasi tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa Kepemimpinan
merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mempengaruhi dan
memberikan arah kepada individu atau kelompok lain dalam suatu organisasi
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan
merupakan salah satu faktor utama dalam kehidupan berorganisasi yang memegang
peranan kunci. Karena kepemimpinan seorang pemimpin berperan sebagai pengatur
dalam proses kerjasama antara pemimpin dengan individu maupun pemimpin dengan
kelompoknya.
Kepemimpinan
seorang pemimpin (kepala sekolah) akan mampu membedakan antara suatu organisasi
dengan organisasi lainnya. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin
(kepala sekolah) dalam memimpin suatu organisasi akan mempengaruhi kinerja
daripada guru itu.
Menurut
Thoha (E Mulyasa, 2002: 108), menjelaskan gaya kepemimpinan merupakan norma
prilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Sehingga dapat diartikan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan cara yang digunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya.
Kepemimpinan
yang efektif dan tidak efektif merupakan hal yang paling utama yang harus
dipahami oleh seorang pemimpin (kepala sekolah) dalam memimpin suatu
organisasiatau kelompok. Dengan memahami gaya kepemimpinan akan dapat
meningkatkan pemahaman seorang pemimpin (kepala sekolah) terhadap dirinya
sendiri serta dapat mengetahui kelemahan maupun kelebihan potensi yang ada
dalam dirinya dan dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana seharusnya
memperlakukan bawahannya.
Kinerja
guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di
kelas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sumarno, 2009: 20). Dimana
kemampuan tersebut telah mencakup beberapa aspek, diantaranya: perencanaan
program belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar, penciptaan dan
pemeliharaan kelas yang optimal, pengendalian kondisi belajar yang optimal,
serta penilaian hasil belajar. Kinerja tentu menjadi faktor yang sangat penting
dalam menentukan kualitas kerja seseorang termasuk seorang guru.
Setiap
kepala sekolah dasar sebagai pemimpin tertinggi yang berada pada organisasi
sekolah hendaknya memiliki bekal kemampuan, keahlian dan keterampilan dalam
menjalankan lembaga yang dipimpinnya.Selain itu kemampuan untuk mempengaruhi
serta memotivasi bawahannya perlu untuk dimiliki guna untuk meningkatkan
kinerja bawahannya.Keberhasilan organisasi sekolah bukan hanya ditentukan oleh
pemimpinnya saja tetapi juga dapat didukung oleh pendayagunaan sumber daya
manusia karena kelemahan yang dimiliki dari seorang pemimpin (kepala sekolah)
bisa jadi terdapat pada kelebihan yang dimiliki oleh bawahannya (guru) itu
sendiri.
Oleh
sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu organisasi seharusnya dapat
melihat kekurangan yang dibutuhkan oleh bawahannya sehingga dapat meningkatkan
prestasi serta kinerja guru antara lain dengan memberikan dorongan kepada guru
agar dapat melaksanakan tugas mereka sesuai dengan aturan dan pengarahan.
Karena kinerja paling tidak sangat berkait dengan kepemimpinan organisasi
sekolah dan juga kepentingan guru itu sendiri, oleh karena itu bagi sekolah
dasar hasil penilaian kinerja para guru sangat penting artinya.Sedangkan bagi
guru itu sendiri penilaian terhadap kinerja dapat berperan sebagai umpan balik
tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang
dimilikinya.sehingga dapat bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana
dan pengembangan bagi karir seorang guru. Sehingga penilaian kinerja guru
secara berkala sangat penting untuk dilakukan. Dengan adanya penilaian terhadap
kinerja guru tentu akan menjadi gambaran tentang keberhasilan maupun kegagalan
bagi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.
Kinerja
penting untuk diteliti karena ukuran keberhasilan dari suatu organisasi atau
sekolah dapat dilihat dari kinerja maupun pelaksanaan pekerjaannya sehingga
kemajuan suatu sekolah dapat dipengaruhi oleh kinerja guru-gurunya.Penilaian
kinerja guru sebenarnya merupakan penilaian terhadap penampilan kerja guru itu
sendiri terhadap taraf potensi kerja guru dalam upaya mengembangkan diri untuk
kepentingan sekolah.
Kinerja
guru merupakan seluruh usaha serta kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dari
pendidikan. Adapun kinerja guru meliputi seluruh kegiatan yang
menyangkut tugas utama sebagai seorang guru serta pengembangan pribadi seorang
guru. Tugas utama seorang guru dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari
merencanakan pembelajaran, melaksanakan, meng-evaluasi, memberikan penilaian
sampai dengan tindak lanjut dalam proses pembelajaran. Selain itu seorang guru
juga dituntut untuk dapat memiliki wawasan yang luas dalam ilmu kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik serta mampu untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh peserta didik.
Menurut
Gusti (jurnal penelitian, 2012) menyatakan bahwa motivasi kerja guru tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.Korelasi yang positif
namun tidak signifikan ini menunjukan tinggi rendahnya motivasi kerja guru
tidak berpengaruh terhadap kinerja guru.Begitu pula hasil terhadap kepemimpinan
kepala sekolah yang tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja guru. Namun
di sisi lain, penelitian Wardana (2008) menyatakan bahwa motivasi kerja
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru dan pada penelitian Carudin
(2011) menyatakan untuk kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja guru. Dari penelitian tersebut terdapat perbedaan
akan hasil yang diperoleh. Hasil yang ada menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan dan yang tidak signifikan.
Pendapat
Mulyasa (2004:120) Para Pendidik (guru) akan bekerja dengan sungguh-sungguh
apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila memiliki motivasi yang positif, ia
akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam
suatu tugas atau kegiatan. Sesuai dengan pendapat tersebut, guru yang masih
kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan mereka kurang termotivasi untuk
mengajar sehingga berdampak terhadap menurunnya kinerja guru.Untuk itu
diperlukan peran kepala sekolah untuk memotivasi para guru untuk meningkatkan
kinerjanya.
Berdasarkan
uraian latar berlakang di atas maka penelitian ini bermaksud mengungkap
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4Kota Gorontalo
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apakah
terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kineja guru di sekolah SMP
Negeri 4 Kota Gorontalo?
2. Apakah
terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri
4 Kota Gorontalo?
3. Apakah
terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4
Kota Gorontalo?
4. Apakah
terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di
sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo?
5. Apakah
terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kerja guru di sekolah SMP Negeri 4
Kota Gorontalo?
1.3
Tujuan
Peneletian
Sesuai dengan rumusan masalah
sebagaimana diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui tentang besarnya :
1. Mengetahui
apakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kineja guru di sekolahSMP
Negeri 4 Kota Gorontalo.
2. Mengetahui
apakah pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di sekolahSMP Negeri 4
Kota Gorontalo.
3. Mengetahui
apakah pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolahSMP Negeri 4
Kota Gorontalo
4. Mengetahui
apakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di
sekolahSMP Negeri 4 Kota Gorontalo.
5. Mengetahui
apakah pengaruh lingkungan kerja terhadap kerja guru di sekolah SMP Negeri 4
Kota Gorontalo.
1.4
Manfaat
Penelitian
1.4.1 Manfaat
Penelitian secara teoritis
Jika penelitian ini terbukti kebenarannya, maka
secara teoritis akanmenambah teori baru tentang manajemen pendidikan, khususnya
pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo
1.4.2 Manfaat
penelitian secara praktis
1.
Sebagai bahan masukan kepala
sekolah dalam memotivasi kerja terhadap kinerja guru.
2.
Dapat bermanfaat bagi
sekolah yang terkait guna mendapat informasi tentang bagaimana memotivasi kerja
terhadap kinerja guru.
1.5
Kegunaan
Penelitian
Secara teoritik temuan penelitian ini dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam
memotivasi kerja terhadap kinerja guru.
1. Guru,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untk mengoreksi diri,
sekaligus upaya dalam memperbaiki kualitas diri sebagai seorang guru
profesional dalam upaya meningkatkan motivasi terhadap siswa dalam menerima
pelajaran.
2. Kepala
sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
pertimbangan pengambilan keputusan untuk mengadakan pembinaan dan peningkatan
kemampuan guru sekaligus sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Kajian
Tentang Kinerja Guru
1.
Pengertian
kinerja guru
Kinerja
menurut Drucker (Sukarno Andhy Yahya, 2013: 9) adalah tingkat prestasi atau
hasil nyata yang dicapai dipergunakan untuk memperoleh suatu hasil positif.
Menurut Whitmore (Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2012: 59) mengemukakan
kinerja adalah “pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang”.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 1997 : 82). Lebih lanjut, Hasibuan
menggungkapkan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting yaitu
kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan serta penerimaan atas penjelasan
delegasi tugas dan peran serta pekerja.
Mangkunegara
(2001 : 32) mengemukakan kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan menurut Mc Daniel (Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2012: 62)
berpendapat bahwa kinerja adalah “interaksi antara kemampuan seseorang dengan
motivasinya”
Berdasarkan
definisi kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa kinerja adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai oleh seseorang,
yang dinilai berdasarkan kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian, kinerja guru berarti adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam
melaksanakan tugas-tugas dalam pembelajaran yang dibebankan kepadanya yang
dilihat melalui kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
pelaksanaan penilaian pembelajaran, dan tindak lanjut hasil penilaian
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja
guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh
seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Kualitas
seorang guru akan sangat menentukan hasil dari pendidikan, karena guru
merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik dalam proses pendidikan
atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Banyak
faktor yang mempengaruhi kinerja dari seseorang, menurut Sumarno (2009: 14)
menyebutkan ada 3 faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:
a. Kemampuan, kepribadian dan minat kerja. Kemampuan merupakan
kecakapan seseorang, seperti kecerdasan dan ketrampilan. Kemampuan pekerja
dapat mempengaruhi kinerja dalam berbagai cara. Misalnya dalam cara pengambilan
keputusan, cara menginterprestasikan tugas dan cara penyelesaian tugas.
Kepribadian adalah serangkaian ciri yang relatif mantap yang dipengaruhi oleh
keturunan dan factor sosial, kebudayaan dan lingkungan. Sedangkan minat
merupakan suatu valensi atau sikap.
b.
Kejelasan
dan penerimaan atas penjelasan peran seorang pekerja, yang merupakan taraf
pengertian dan penerimaan seorang individu atas tugas yang dibebankan
kepadanya. Makin jelas pengertian pekerja mengenai persyaratan dan sasaran
pekerjaannya, maka makin banyak energi yang dapat dikerahkan untuk kegiatan
kearah tujuan.
c.
Tingkat
motivasi pekerja. Motivasi adalah daya energi yang mendorong, mengarahkan dan
mempertahankan perilaku. Sehingga kinerja seseorang dapat lebih meningkat
dengan adanya dorongan dari dalam dirinya yang dimiliki oleh seseorang tersebut
sebagai modal dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
3. Manajemen Kinerja Guru dalam Sistem Organisasi Sekolah
Menurut
Robbins (Daman hermawan dan Cepi Triatna, 2011: 69) menekankan bahwa organisasi
merupakan suatu sistem sosial yang perlu dikoordinasi dalam arti perlu manajemen.
Menurut Surya Dharma (2011: 25) manajemen kinerja adalah suatu cara untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan
memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan,
standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan.
Jadi
manajemen kinerja guru dalam sistem organisasi sekolah merupakan usaha
sistematis untuk mengelola kinerja guru dengan tujuan untuk meningkatkan
kinerjanya baik secara individu maupun kelompok dan guna meningkatkan kinerja
organisasi sekolah secara keseluruhan.Selain itu, manajemen kinerja guru dalam
sekolah sangat mengutamakan sistem komunikasi terbuka dalam relasi kemitraan
antara kepala sekolah sebagai pimpinan dan para guru sebagai staff pendidik di
sekolah.Dimana komunikasi tersebut dilaksanakan melalui kepemimpinan untuk
menetapkan tujuan dari pendidikan, rencana kerja, memberi umpan balik,
penilaian kinerja serta pengembangan sekolah.
4.
IndikatorKinerja Guru
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan kinerja guru dalam
penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan
tugas-tugas dalam pembelajaran yang dibebankan kepadanya. Hal ini tercermin
pada kemampuan guru sehubungan dengan tugasnya dalam proses belajar dengan
indikator sebagai berikut:
a. Kegiatan perencanaan pembelajaran.
b. Pelaksanaan pembelajaran.
c. Pelaksanaan penilaian pembelajaran.
d.
Tindak
lanjut hasil penilaian.
B. Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Untuk
menjelaskan apa arti kepemimpinan itu akan dikemukakan terlebih dahulu dari
sudut mana seseorang memandang atau memahami hakikat kepemimpinan itu, dan
selanjutnya berdasarkan pemahaman tersebut akan terlihat bagaimana dia membuat
perumusan atau mendefinisikannya. Pengertian kepemimpinan banyak dikemukakan
oleh para ahli menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut
menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Menurut Sudarwan Danim (2008: 204)
mendefinisikan kepemimpinan adalah segala tindakan yang dilakukan seseorang
baik individu maupun kelompok untuk melakukan koordinasi dan melakukan
pengarahan kepada individu atau kelompok lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Menurut
Wiles (Burhanudin, 1994: 62) kepemimpinan merupakan segenap bentuk bantuan yang
dapat diberikan oleh seseorang bagi penetapan dan pencapaian tujuan kelompok.
Sedangkan menurut Siagian (Edy Sutrisno, 2011: 213-214) mengatakan kepemimpian
adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, dimana bawahan akan
melakukan apa yang menjadi kehendak pemimpin walaupun secara pribadi bawahan
tersebut tidak menyukainya. Selain itu menurut J. Canon (Syaiful Sagala,2009:
115) mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan atasan mempengaruhi perilaku
bawahan maupun perilaku kelompok dalam organisasi.
Menurut
(Ngalim Purwanto, 2005: 26) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi orang lain agar orang yang dipengaruhinya mau dan dapat
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat,
ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Sedangkan Menurut Armstrong
(A.L Hartani, 2011: 28) kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada
semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
Selanjutnya
Ordway Tead (Kartini Kartono, 2005: 57) mengungkapkan kepemimpinan adalah
kegiatan mempengaruhi orang-orang agar orang yang dipimpinnya mau bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan Menurut (Wahyudi, 2009: 120)
kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan,
mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar
bersikap mandiri dalam bekerja untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
seseorang dalam mempengaruhi orang lain, baik individu atau kelompok. Serta
kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku individu atau kelompok untuk memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
sehingga bawahan dengan senang hati mau melaksanakan tugas yang diberikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Gaya
kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari
seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin bawahannya.
Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat dari
beberapa ahli diantaranya menurut (Nurkolis, 2006: 167) gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku yang lebih disukai oleh seorang pimpinan dalam proses
mengarahkan dan mempengaruhi para pekerja. Sedangkan Menurut (Miftah Thoha,
2010: 49) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seorang pada saat orang tersebut mempengaruhi orang lain.
Mengacu
dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah suatu pola perilaku seorang pemimpin yang secara konsisten saat
mempengaruhi bawahannya supaya mau mengerjakan tugasnya dengan senang hati
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan bersama. Berdasarkan simpulan
tersebut, maka gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai
persepsi para guru dan seluruh karyawan suatu sekolah terhadap pola prilaku
atau bentuk dari tata cara seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi para
bawahannya supaya mau mengerjakan tugasnya dengan senang hati untuk mencapai
tujuan dari sekolah tersebut.
2.
Fungsi
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Seorang
kepala sekolah tidak hanya bertugas sebagai pemimpin tertinggi yang berada di
sekolah, tetapi kepala sekolah dapat menjadi panutan bagi guru, pegawai serta
warga sekolah. Fungsi dan peran kepala sekolah dalam menciptakan suatu
keberhasilan haruslah dimulai dari perencanaan atau proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah terlebih dahulu. Sebagai seorang pemimpin kepala
sekolah harus dapat menciptakan perubahan secara efektif dalam penampilan
kelompok. Seorang pemimpin harus dapat menggerakkan orang lain sehingga secara
suka orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki seorang pemimpin.
Oleh karena itu kepala sekolah harus mengetahui fungsi dari kepemimpinannya.
Menurut
Soewadji Lazaruth (1994: 20) menjelaskan 3 fungsi kepala sekolah, yaitu sebagai
administrator pendidikan, supervisor pendidikan, dan pemimpin pendidikan.Kepala
sekolah berfungsi sebagai administrator pendidikan berarti untuk meningkatkan
mutu sekolahnya, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan
fasilitas sekolahnya misalnya gedung, perlengkapan atau peralatan dan lain-lain
yang tercakup dalam bidang administrasi pendidikan.
Kepala
sekolah berfungsi sebagai supervisor pendidikan berarti usaha peningkatan mutu
dapat pula dilakukan dengan cara peningkatan mutu guru-guru dan seluruh staf
sekolah, misalnya melalui rapat-rapat, observasi kelas, perpustakaan dan lain
sebagainya. Kemudian apabila kepala sekolah berfungsi sebagai pemimpin
pendidikan berarti peningkatan mutu akan berjalan dengan baik apabila guru
bersifat terbuka, kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana yang
demikian ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan yang dilakukan kepala
sekolah.
Berdasarkan
uraian di atas, peran seorang pemimpin atau kepala sekolah memiliki tanggung
jawab yang penuh serta memiliki wewenang yang kuat untuk meningkatkan kinerja
bawahannya.Pentingnya peran kepala sekolah, sebagai pemimpin tertinggi dalam
sekolah haruslah bersikap adil dan memiliki wibawa yang tinggi agar dapat
mendukung tercapainya suatu tujuan menjadi lebih baik. Fungsi kepala sekolah
itu mempunyai tugas memimpin, maka kepala sekolah itu merupakan kekuatan paling
sentral yang mampu mempengaruhi, menggerakkan serta meyakinkan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan.
3.
Hubungan kepemimpinan
kepala sekolah dan kinerja guru
Kepemimpinan
adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pemimpin pada saat dia
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Norma perilaku
tersebut diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan dalam aktifitas
kepemimpinannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi melalui orang lain.
Dalam
menjalankan tugas dan fungsi kepemimpinan kepala sekolah harus mempunyai
kemampuan untuk menggerakkan, mengerahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi
teladan, memberi dorongan, dan memberi bantuan terhadap semua sumber daya
manusia yang ada di suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah sangat mewarnai kondisi kerja.Kebijakan, pengaruh sosial dengan
para guru serta para murid dan juga tindakannya dalam membuat berbagai
kebijakan, kondisi tersebut memberikan dampak pula terhadap kinerja para
guru.Dengan demikian terdapat hubungan positif kepemimpinan kepala sekolah
dengan kinerja guru sekolah dasar.Hal ini dapat dikatakan pula semakin baik
kepemimpinan kepala sekolah semakin meningkat pula kinerja guru.
Dalam
penelitian ini, gaya kepemimpinan kepala sekolah diperoleh dari penilaian teman
sejawat yaitu berdasarkan persepsi guru-guru Sekolah Dasar. Persepsi guru
tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah proses membeda-bedakan,
mengelompokkan, memfokuskan, dan mengorganisasikan pengamatan yang dilakukan
oleh guru sebagai pengajar terhadap cara kepemimpinan yang digunakan kepala
sekolah sebagai pemimpin di sekolah.
Berdasarkan teori di atas, penulis mengembangkan indikator gaya
kepemimpinan kepala sekolah sebagai instrumen penelitian (konstruk validitas
internal) sebagai berikut:
a. pengambilan keputusan,
b. pembagian tugas kepada bawahan,
c. inisiatif bawahan,
d. pemberian sanksi/hukuman,
e. pemberian penghargaan terhadap prestasi,
f. menjalin komunikasi,
g. monitoring pelaksanaan tugas, dan
h. rapat kerja.
C.
Tinjauan
Tentang Pemimpin
1.
Pengertian
Pemimpin
Pemimpin
memiliki bermacam-macam pengertian.Dimana dari beberapa pendapat tentang
pengertian pemimpin memiliki kesamaan. Menurut (Susilo Martoyo, 1994: 165)
pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi prilaku
orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Selanjutnya
pengertian pemimpin menurut (Veithzal Rivai, 2002: 27) mengatakan bahwa
pemimpin adalah seseorang yang mampu
mempengaruhi orang lain. Sedangkan pengertian pemimpin menurut Fred E. Fieldler
(Ngalim Purwanto, 2005: 27) pemimpin adalah individu di dalam kelompok yang
memberikan tugas-tugas pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan
kegiatan-kegiatan kelompok.
Selain
itu pengertian pemimpin juga dijelaskan oleh Henry Pratt Fairchild (Kartini
Kartono, 2005: 38) menyatakan pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan
jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan,
mengorganisir atau mengontrol usaha dan upaya orang lain melalui suatu
kekuasaan. Sedangkan menurut (Kartini Kartono, 2005: 39) pemimpin adalah
pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi
dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama
mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Berdasarkan
pengertian para ahli di atas bahwa pemimpin adalah orang yang memiliki
kemampuan khusus yang lebih baik dari pada yang lain sehingga dapat
mempengaruhi, mengarahkan dan membimbing orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
Menurut
Edy Sutrisno (2011: 228) mengemukakan beberapa tugas sebagai seorang pemimpin
antara lain.
a.
Sebagai
konselor
Sebagai seorang pemimpin seharusnya
memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, maka dengan keterampilan
tersebut pemimpin akan dapat memberikan bantuannya dalam pemecahan
masalah-masalah pribadi, masalah pekerjaan,
pengembangan karier dan sebagainya. Dimana keterampilan ini harus dimiliki oleh
setiap pemimpin yang biasanya merupakan orang pertama yang menjadi tempat
bertanya bagi para karyawannya.
b.
Sebagai
Instruktur
Sebagai seorang pemimpin seharusnya mempunyai peran
sebagai guru yang bijaksana, yang memungkinkan setiap bawahan semakin lama
semakin pintar dalam melaksanakan tugasnya.Seorang bawahan mustahil dapat
bekerja baik tanpa melakukan kesalahan-kesalahan bila tidak mendapatkan arahan
dari atasannya.
c.
Memimpin
Rapat
Seorang pemimpin dapat berperan sebagai pemimpin
rapat, dimana pemimpin ini dapat bertindak sebagai pengarah, membantu kelompok
sampai pada pengambilan keputusan yang dapat dipahami oleh setiap orang dan
dapat diterima oleh seluruh bawahannya.
d.
Mengambil
Keputusan
Seorang pemimpin juga memiliki tugas dalam
pengambilan keputusan, karena keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan
oleh keterampilan pengambilan keputusan. Dimana pengambilan keputusan itu akan
berdampak luas terhadap mekanisme organisasi yang dipimpinnya.
e.
Mendelegasikan
wewenang
Seorang pemimpin tidak dapat mengerjakan sendiri
seluruh pekerjaannya, oleh sebab itu seorang pemimpin yang bijaksana haruslah
mendelegasian sebagian tugas dan wewenang kepada bawahannya.Dimana
pendelegasian ini bertujuan agar jalannya organisasi tidak mengalami kemacetan,
dan terhindar dari bau birokratis.
2.
Sifat-Sifat Pemimpin
Dalam
upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan
dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu perilakunya, yang
dapat dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. George R. Terry
(Susilo Martoyo, 1994: 173-174) mengemukakan 8 sifat seorang pemimpin, yaitu:
a. Penuh energi, dalam mencapai kepemimpinan yang baik memang
diperlukan energi yang baik pula, baik jasmani maupun rohani. Dimana seorang
pemimpin harus sanggup bekerja dalam waktu yang tidak tertentu, ketika
sewaktu-waktu tenaganya diperlukan maka dia harus sanggup untuk melaksanakan
tugasnya sebagai seorang pemimpin.
b. Memiliki stabilitas emosi, seorang pemimpin yang efektif harus
dapat menghilangkan rasa kecurigaan atau berfikir jelek terhadap bawahannya dan
tidak boleh cepat emosi. Sebaliknya pemimpin harus dapat tegas, konsekuen dan
konsisten dalam menentukan tindakan terhadap bawahannya.
c. Memiliki pengetahuan tentang hubungan antara manusia, seorang
pemimpin harus mengetahui benar tentang sifat-sifat seorang manusia atau
bawahannya, sehingga seorang pemimpin dapat memberikan reaksi atau tindakan
terhadap bawahannya.
d. Motivasi pribadi, seorang pemimpin harus memiliki dorongan dan
motivasi yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, bukan karena paksaan dari luar
dirinya.
e.
Kemahiran
mengadakan komunikasi, seorang pemimpin harus mampu mengutarakan gagasan baik
secara lisan maupun tulisan, hal ini berguna untuk mendorong kemajuan
bawahannya serta dapat memberikan atau menerima informasi bagi kemajuan
organisasi dan kepentingan bersama
f.
Kecakapan
mengajar, pemimpin harus mampu memberikan petunjuk-petunjuk mengoreksi
kesalahan-kesalahan yang terjadi, memberikan maupun menerima saran-saran dari
bawahannya
g.
Kecakapan
sosial, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam bekerja sama dengan
orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang beragam, sehingga mereka benar-benar
dengan penuh kemauan dan kesetiaan bekerja dibawah kepemimpinannya.
h.
Kemampuan
teknis, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan teknis yang dapat berguna
bagi seorang pemimpin untuk lebih mudah mengadakan koreksi bila terjadi suatu
kesalahan pelaksanaan tugas dari bawahannya.
Dari pendapat di atas bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin diperlukan sifat-sifat kepemimpinan dimana seorang
pemimpin harus memiliki energi dan jasmani yang sehat, stabilitas emosi,
pengetahuan tentang hubungan antara manusia, motivasi pribadi, kemahiran
mengadakan komunikasi, kecakapan mengajar, kecakapan sosial, serta kemampuan
teknis. Sehingga apa yang dibutuhkan oleh organisasi dapat terlihat oleh
pemimpin dengan demikian tujuan organisasi dapat tercapai.
D.
Tinjauan
Tentang Motivasi
1. Motivasi
Kerja
Motivasi
merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku
manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi pemimpin, karena
pemimpin harus bekerja dengan orang lain. Seorang Pemimpin perlu memahami
orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja
sesuai dengan yang diinginkan organisasi (Handoko, 2002).
Robbins
(2006) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan
individual.
Menurut
Mangkunegara (dalam Brahmasari, 2008) mengemukakan bahwa terdapat dua teknik
memotivasi kerja pegawai yaitu : (1) teknik pemenuhan kebutuhan pegawai,
artinya bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai merupakuan fundamental yang mendasari
perilaku kerja. (2) teknik komunikasi persuasif, adalah merupakan salah satu
teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara mempengaruhi secara
ekstra logis. Teknik ini dirumuskan dengan istilah “AIDDAS” yaitu Attention (perhatian),Interest(minat),
Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action (aksi atau
tindakan), dan Satisfaction (kepuasan).
Hughes
et al (dalam Koesmono, 2005) mengatakan pada umumnya dalam diri seorang pekerja
ada dua hal yang penting yaitu kompensasi dan pengharapan. Kompensasi adalah
imbal jasa dari pengusaha kepada karyawan yang telah memberikan kontribusinya
selalu menjadikan sebagai ukuran puas atau tidaknya seseorang dalam menjalankan
tugasnya atau pekerjaannya, sedang pengharapan adalah harapan-harapan yang akan
diperoleh dalam melakukan kegiatannya sehingga dapat memacu seseorang untuk
maju.
Herzberg
(dalam Robbins, 2006) memperkenalkan teori motivasi higiene atau yang sering disebut
dengan teori dua faktor, yang berpendapat bahwa hubungan individu dengan pekerjaannya
merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja sangat
menentukan kesuksesan atau kegagalan individu tersebut.Herzberg juga menyatakan
bahwa terdapat faktor yang diinginkan seseorang terhadap pekerjaan mereka.Dari
respon yang dikategorikan, diketahui bahwa respon mereka yang merasa senang
berbeda dengan respon mereka yang tidak merasa senang. Beberapa faktor tertentu
cenderung secara konsisten terkait dengan kepuasan kerja dan yang lain terkait
dengan ketidakpuasan kerja.
Dari
pendapat diatassintesanya dapat ditarik motivasi ini merupakan subjek yang
penting bagi pemimpin, karena pemimpin harus bekerja dengan orang lain.
Kesuksesan bawahannya tergantung dari seorang pemimpin. Motivasi merupakan
dorongan, upaya dan keinginan yang ada pada diri manusia yang akan mengarahkan
perilaku untuk melakukan tugas atau pekerjaan dengan baik.
2.
Motivasi
bekerja dalam Islam
Motivasi
adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk
berbuat. Jadi suatu kekuatan atau keinginan yangdatang dari dalam hati nurani
manusia untuk melakukan suatu perbuatan tertentu(Anwar, 2010).
Untuk
mengetahui motivasi kerja dalam Islam, kita perlu memahamiterlebih dahulu
fungsi dan kedudukan bekerja.Mencari nafkah dalam Islamadalah sebuah kewajiban.Islam
adalah agama fitrah, yang sesuai dengankebutuhan manusia, diantaranya kebutuhan
fisik. Dan, salah satu cara memenuhikebutuhan fisik itu ialah dengan bekerja
(Rahmat, 2010).
Motivasi
kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang
merupakan bagian dari ibadah.
Rahmat (2010) juga mengatakan bahwa motivasikerja dalam Islam bukanlah
untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untukstatus, apa lagi untuk mengejar
kekayaan dengan segala cara. Dengan demikian,motivasi kerja dalam Islam, bukan hanya
memenuhi nafkah semata tetapi sebagaikewajiban beribadah kepada Allah setelah
ibadah fardlu lainnya.Bekerja untukmencari nafkah adalah hal yang istimewa
dalam pandangan Islam.
Allah
telah berjanji kepada orang yang beriman dan melakukan pekerjaanyang baik bahwa
bagi mereka ampunan Allah dan ganjaran yang besar (QS. 6:9).Ayat ini
menunjukkan bahwa adanya motivasi kerja yang utuh dalam Islam.Motivasi bekerja
untuk mendapatkan ampunan dan ganjaran Allah adalahmotivasi terbesar bagi
seorang muslim. Bekerja dalam Islam tidak hanyamengejar “bonus duniawi” namun
juga sebagai amal soleh manusia untuk menujukepada kekekalan.
Al-Qur’an
menyatakan “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimudan terdapat (pula)
apa yang dijanjikan kepadamu”. (QS. Adz-Dzariyat)
“Dan
tidak ada suatu makhluk (daabbah) pun di bumi, melainkan Allahlah yang menjamin
rezekinya”. (QS. Huud)
“Dan
berapa banyak binatang yang tidak dapat mencari rezekinyasendiri, Allah lah
yang memberi rezeki kepadanya dan jugakepadamu”. (QS. Al-Ankabut)
Dari
ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah menjamin rezeki tiap-tiapumatnya
yang bekerja dijalan-Nya, bahkan dari sesuatu yang tidak pernah terfikir.