Halaman

Minggu, 11 Desember 2016

Keterkaitan Standar Proses dengan Standar lainnya

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi. Peran guru tersebut terkait dengan peran siswa dalam belajar. Pada jenjang SLTP dan SLTA yang menyadari pentingnya belajar bagi hidupnya di kemudian hari. Adanya gejala membolos sekolah, malas belajar senda gurau ketika guru menjelaska bahan ajar sukar misalnya, merupakan ketidaksadaran siswa tentang belajar.
Menurut Biggs dan Telfer diantara motivasi belajar siswa ada yang dapat diperkuat dengan cara-cara pembelajaran. Motivasi instrumental, motivasi sosial, dan motivasi berprestasi rendah misalnya dapat dikondisikan secara bersyarat aga terjadi peran belajar siswa. Adapun acara-acara pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar dapat ditentukan oleh guru.
Oleh karena itu pada makalah ini akan dijelaskan peran guru dalamm arti yang dan paradigma yang lebih umum lagi.

B.     Tujuan
Dengan adanya tulisan ini maka diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa calon pendidik dapat:
1.      Memahami konsep dasar mengajar
2.      Memahami makna mengajar
3.      Memahami peran guru dalam artian yang lebih luas
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Perlunya Standar Proses Pendidikan
            Undang-undang No. 22 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar  dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan poetnsi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
            Jika kita maknai undang-undang Undang-undang No. 22 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional tersebut kita akan menemukan arah dan tujuan pendidikan yang harus diupayakan yaitu pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan intelektual, dan pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Namun ternyata salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak  kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpiikir.  Kenyataan ini berlaku untuk semua pelajaran. Akibatnya ketika anak didik kita lulus sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.  Hal ini tentu memperlihatkan bahwa apa yang diinginkan dalam undang-undang di atas belum sepenuhnya tercapai.
            Mengapa pelaksanaan pendidikan kita belum sesuai dengan apa yang diharapkan? Sebab, selama ini belum ada standar yang bisa mengatur pelaksanaan proses pendidikan. Artinya belum ada pedoman yang bisa dijadikan rujukan bagaimana seharusnya proses pendidikan berlangsung.
B.     Pengertian Standar Proses Pendidikan
            Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan (PP No. 19 Tahun 2005 bab 1 pasal 1 ayat 6).
Dari pengertian di atas, ada beberapa hal yang dapat di garis bawahi yaitu :
1.      Standar proses pendidikan berlaku untuk semua sekolah di Indonesia
2.      Standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
3.      Standar kompetensi lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam menentukan standar proses pendidikan.
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Padahal pada kenyataannya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan kecintaan mereka terhadap profesinya. Dalam rangka inilah standar proses pedidikan dikembangkan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dapat mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu yang ada.
C.      Fungsi Standar Proses Pendidikan (SPP)
      Berikut ini adalah fungsi dari SPP :
1.      Pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan proses pembelajaran.
2.      Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta program yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.
3.      Sebagai pedoman bagi guru dalam membuat perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode tertentu maupun program pembelajaran harian.
4.      Sebagai pedoman untuk implementasi program dalam kegiatan nyata dilapangan.
5.      Sebagai barometer keberhasilan program pendidikan di sekolah.
6.       Sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai kebijakan sekolah khususnya dalam menentukan ketersediaan berbagai keperluan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses pendidikan.
7.      Sebagai pedoman, patokan atau ukuran dalam menetapkan baggian mana yang perlu disempurnakan atau diperbaiki oleh setiap guru dalam pengeloloan proses pembelajaran.
8.      Membantu Dewan sekolah dan Dewan pendidikan dalam menjalankan fungsi perencanaan dan fungsi pengawasannya.

D.     Keterkaitan SPP dengan Standar Lainnya
            Selain standar proses pendidikan ada beberapa standar lain yang di tetapkan dalam standar nasional, yaitu standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi (SI), standar pendidik dan tenaga kependidikan (SPTK), standar sarana dan prasarana (SSP), standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian (SP).
      Keterkaitan SPP dengan standar lainnya adalah  sebagai  berikut :
1.      SPP ditentukan oleh SKL dan SI
2.      Efektivitas dan kelancaran SPP dipengaruhi oleh tenaga pendidik dan kependidikan serta sarana dan prasarana sehingga disamping SPP perlu juga dirumuskan SPTK dan SSP.
3.      Efektivitas standar selanjutnya akan diukur oleh SP.
4.      Keberhasilan pencapaian standar minimal pendidikan sangat tergantung ppada pembiayaan dan pengelolaan yang dilakukan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Oleh karena itu perlu juga di tetapkan standar pengelolaan dan standar pembiayaan.

BAB III
KESIMPULAN

1.      Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar Proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, penelitian dan pengawasan pembelajaran dikembangkan oleh BSNP, dan ditetapkann dengan peraturan menteri.
2.      Secara umum, Standar Proses Pendidikan (SPP) sebagai standar minimal yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendali proses pendidikan untuk memperoleh kualitas hasil dan proses pembelajaran.
3.      Strategi pencapaian proses pendidikan melalui peningkatan dan perbaikan dilihat dari sudut guru yang meliputi tentang peningkatan profesional guru serta mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran.
4.      Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar mempunyai materi pembelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lengkungan supaya siswa belajar. Makna lain belajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Walaupun istilah yang digunakan “pembelajaran”, tidak berarti guru harus menghilangkan perannya sebagai pengajar. Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peranan siswa disatu pihak dan memperkecil peranan guru dipihak lain.





pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap.Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, dan efisien dapat menghasilkan sesuatu yang mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri.
Pendidikan nasional berusaha untuk membimbing warga negara Indonesia kepada pengembangan pribadi yang berdasarkan ketuhanan serta bermasyarakat dan mampu membudayakan alam sekitarnya.Menurut Sunarya (Fuad Ihsan, 2003: 114), pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di atas landasan dan di jiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Sebagai suatu sistem pendidikan nasional mempunyai tujuan yang sangat jelas, seperti yang telah dijelaskan dalam undang-undang pendidikan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan manusia seutuhya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur serta memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kepribadian yang mantap dan memiliki tanggung jawab yang tinggi kepada masyarakat dan bangsa.
Jika pendidikan merupakan salah satu hal yang paling utama dalam pengembangan sumber daya manusia maka tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tentunya memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengemban tugas ini. Sehingga standar mutu pendidik dan tenaga kependidikan perlu untuk ditingkatkan
Guru menjadi salah satu unsur sumber daya yang sangat menentukan keberhasilan dalam pendidikan di sekolah, karena guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat dengan peserta didik dalam pendidikan sehari-hari di sekolah. Depdikbud menyatakan bahwa guru merupakan sumberdaya manusia yang mampu mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar yang bermutu dan menjadi faktor utama yang menentukan mutu pendidikan.
Menurut Samana (1994:14), guru yang bermutu mampu berperan sebagai pemimpin di antara kelompok siswanya dan juga di antara sesamanya, ia juga mampu berperan sebagai pendukung serta penyebar nilai-nilai luhur yang diyakininya dan sekaligus sebagai teladan bagi siswa serta lingkungan sosialnya, dan secara lebih mendasar guru yang bermutu tersebut juga giat mencari kemajuan dalam peningkatan kecakapan diri dalam karya dan dalam pengabdian sosialnya. Jelas bahwa guru yang bermutu dalam tugas dan kewajibannya yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar maupun tidak terkait langsung, sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar mengajar. Guru dipandang sebagai factor kunci, karena guru yang berinteraksi secara langsung dengan murid dalam proses belajar mengajar di sekolah (Imron,1995)
Sebagai tenaga pendidik guru menjadi faktor penentu dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, para pendidik harus dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas karena pendidikan di masa yang akan datang menuntut keterampilan profesi pendidikan yang bermutu. Sehingga kinerja guru yang profesioanal dapat menjadi angin segar bagi keberhasilan dalam dunia pendidikan di masa yang akan datang. Untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah pemberian berbagai jenis pelatihan dan pendidikan profesi kepada para guru tentu sangat dibutuhkan.Menurut Taufik (Abdul Hadis dan Nurhayati B, 2010: 9), menjelaskan ada dua faktor penting yang mem-pengaruhi kinerja guru di sekolah yaitu faktor kualifikasi standar guru dan relevansi antara bidang keahlian guru dengan tugas mengajar.
Kinerja guru tidak lepas dari pengaruh kepemimpinan kepala sekolah. Pengertian kepemimpinan menurut Gary Yulk (1994) dalam Sagala (2011:115) “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, memerintah secara persuasif, memberi contoh, dan bimbingan kepada orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh terhadap kinerja guru. Peran dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin seperti yang dijelaskan oleh Dinas Pendidikan dalam Mulyasa (2004 : 97) diantaranya sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator.Peran atau indikator tersebut untuk memperbaiki dan meningkatkan situasi belajar mengajar. Prioritas utamanya yaitu memperbaiki dan meningkatkan mutu belajar dengan memperbaiki kinerja guru yang menanganinya. Guru memiliki potensi yang besar pada dirinya masing-masing, namun potensi tersebut belum dinyatakan pada aktivitas kegiatan mengajar secara penuh karena belum memperoleh rangsangan dan motivasi dari pengawas selaku pimpinan sekolah maupun seniornya. Kepemimpinan pembelajaran merupakan kemampuan dalam mempengaruhi mereka untuk memberi motivasi dan menyadarkan supaya guru bekerja dengan sepenuh kapasitas kemampuan. Kepala Sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Masalah kepemimpinan selalu memberikan kesan yang menarik sebab suatu organisasi dapat berhasil atau tidaknya sebagian ditentukan oleh kualitas kepemimpinan. Menurut Sutisna(E Mulyasa,2002:107), menjelaskan kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Sehingga dapat diartikan bahwa Kepemimpinan merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mempengaruhi dan memberikan arah kepada individu atau kelompok lain dalam suatu organisasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama dalam kehidupan berorganisasi yang memegang peranan kunci. Karena kepemimpinan seorang pemimpin berperan sebagai pengatur dalam proses kerjasama antara pemimpin dengan individu maupun pemimpin dengan kelompoknya.
Kepemimpinan seorang pemimpin (kepala sekolah) akan mampu membedakan antara suatu organisasi dengan organisasi lainnya. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin (kepala sekolah) dalam memimpin suatu organisasi akan mempengaruhi kinerja daripada guru itu.
Menurut Thoha (E Mulyasa, 2002: 108), menjelaskan gaya kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Sehingga dapat diartikan bahwa gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya.
Kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif merupakan hal yang paling utama yang harus dipahami oleh seorang pemimpin (kepala sekolah) dalam memimpin suatu organisasiatau kelompok. Dengan memahami gaya kepemimpinan akan dapat meningkatkan pemahaman seorang pemimpin (kepala sekolah) terhadap dirinya sendiri serta dapat mengetahui kelemahan maupun kelebihan potensi yang ada dalam dirinya dan dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana seharusnya memperlakukan bawahannya.
Kinerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sumarno, 2009: 20). Dimana kemampuan tersebut telah mencakup beberapa aspek, diantaranya: perencanaan program belajar mengajar, pelaksanaan proses belajar mengajar, penciptaan dan pemeliharaan kelas yang optimal, pengendalian kondisi belajar yang optimal, serta penilaian hasil belajar. Kinerja tentu menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas kerja seseorang termasuk seorang guru.
Setiap kepala sekolah dasar sebagai pemimpin tertinggi yang berada pada organisasi sekolah hendaknya memiliki bekal kemampuan, keahlian dan keterampilan dalam menjalankan lembaga yang dipimpinnya.Selain itu kemampuan untuk mempengaruhi serta memotivasi bawahannya perlu untuk dimiliki guna untuk meningkatkan kinerja bawahannya.Keberhasilan organisasi sekolah bukan hanya ditentukan oleh pemimpinnya saja tetapi juga dapat didukung oleh pendayagunaan sumber daya manusia karena kelemahan yang dimiliki dari seorang pemimpin (kepala sekolah) bisa jadi terdapat pada kelebihan yang dimiliki oleh bawahannya (guru) itu sendiri.
Oleh sebab itu kepala sekolah sebagai pemimpin suatu organisasi seharusnya dapat melihat kekurangan yang dibutuhkan oleh bawahannya sehingga dapat meningkatkan prestasi serta kinerja guru antara lain dengan memberikan dorongan kepada guru agar dapat melaksanakan tugas mereka sesuai dengan aturan dan pengarahan. Karena kinerja paling tidak sangat berkait dengan kepemimpinan organisasi sekolah dan juga kepentingan guru itu sendiri, oleh karena itu bagi sekolah dasar hasil penilaian kinerja para guru sangat penting artinya.Sedangkan bagi guru itu sendiri penilaian terhadap kinerja dapat berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang dimilikinya.sehingga dapat bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan bagi karir seorang guru. Sehingga penilaian kinerja guru secara berkala sangat penting untuk dilakukan. Dengan adanya penilaian terhadap kinerja guru tentu akan menjadi gambaran tentang keberhasilan maupun kegagalan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.
Kinerja penting untuk diteliti karena ukuran keberhasilan dari suatu organisasi atau sekolah dapat dilihat dari kinerja maupun pelaksanaan pekerjaannya sehingga kemajuan suatu sekolah dapat dipengaruhi oleh kinerja guru-gurunya.Penilaian kinerja guru sebenarnya merupakan penilaian terhadap penampilan kerja guru itu sendiri terhadap taraf potensi kerja guru dalam upaya mengembangkan diri untuk kepentingan sekolah.
Kinerja guru merupakan seluruh usaha serta kemampuan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dari  pendidikan. Adapun kinerja guru meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut tugas utama sebagai seorang guru serta pengembangan pribadi seorang guru. Tugas utama seorang guru dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan, meng-evaluasi, memberikan penilaian sampai dengan tindak lanjut dalam proses pembelajaran. Selain itu seorang guru juga dituntut untuk dapat memiliki wawasan yang luas dalam ilmu kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik serta mampu untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Menurut Gusti (jurnal penelitian, 2012) menyatakan bahwa motivasi kerja guru tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.Korelasi yang positif namun tidak signifikan ini menunjukan tinggi rendahnya motivasi kerja guru tidak berpengaruh terhadap kinerja guru.Begitu pula hasil terhadap kepemimpinan kepala sekolah yang tidak signifikan berpengaruh terhadap kinerja guru. Namun di sisi lain, penelitian Wardana (2008) menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru dan pada penelitian Carudin (2011) menyatakan untuk kepemimpinan kepala sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Dari penelitian tersebut terdapat perbedaan akan hasil yang diperoleh. Hasil yang ada menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dan yang tidak signifikan.
Pendapat Mulyasa (2004:120) Para Pendidik (guru) akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila memiliki motivasi yang positif, ia akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan. Sesuai dengan pendapat tersebut, guru yang masih kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap menurunnya kinerja guru.Untuk itu diperlukan peran kepala sekolah untuk memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan uraian latar berlakang di atas maka penelitian ini bermaksud mengungkap pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4Kota Gorontalo
1.2    Rumusan Masalah
1.    Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kineja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo?
2.    Apakah terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo?
3.    Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo?
4.    Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo?
5.    Apakah terdapat pengaruh lingkungan kerja terhadap kerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo?
1.3    Tujuan Peneletian
Sesuai dengan rumusan masalah sebagaimana diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang besarnya :
1.    Mengetahui apakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kineja guru di sekolahSMP Negeri 4 Kota Gorontalo.
2.    Mengetahui apakah pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja guru di sekolahSMP Negeri 4 Kota Gorontalo.
3.    Mengetahui apakah pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolahSMP Negeri 4 Kota Gorontalo
4.    Mengetahui apakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru di sekolahSMP Negeri 4 Kota Gorontalo.
5.    Mengetahui apakah pengaruh lingkungan kerja terhadap kerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo.



1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1   Manfaat Penelitian secara teoritis
Jika penelitian ini terbukti kebenarannya, maka secara teoritis akanmenambah teori baru tentang manajemen pendidikan, khususnya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di sekolah SMP Negeri 4 Kota Gorontalo
1.4.2   Manfaat penelitian secara praktis
1.         Sebagai bahan masukan kepala sekolah dalam memotivasi kerja terhadap kinerja guru.
2.         Dapat bermanfaat bagi sekolah yang terkait guna mendapat informasi tentang bagaimana memotivasi kerja terhadap kinerja guru.
1.5    Kegunaan Penelitian
Secara teoritik temuan penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi kerja terhadap kinerja guru.
1.      Guru, Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untk mengoreksi diri, sekaligus upaya dalam memperbaiki kualitas diri sebagai seorang guru profesional dalam upaya meningkatkan motivasi terhadap siswa dalam menerima pelajaran.
2.      Kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pertimbangan pengambilan keputusan untuk mengadakan pembinaan dan peningkatan kemampuan guru sekaligus sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah.



BAB II
KAJIAN TEORI
A.      Kajian Tentang Kinerja Guru
1.    Pengertian kinerja guru
Kinerja menurut Drucker (Sukarno Andhy Yahya, 2013: 9) adalah tingkat prestasi atau hasil nyata yang dicapai dipergunakan untuk memperoleh suatu hasil positif. Menurut Whitmore (Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2012: 59) mengemukakan kinerja adalah “pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang”. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 1997 : 82). Lebih lanjut, Hasibuan menggungkapkan bahwa kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan serta penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta pekerja.
Mangkunegara (2001 : 32) mengemukakan kinerja dapat didefinisikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Mc Daniel (Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, 2012: 62) berpendapat bahwa kinerja adalah “interaksi antara kemampuan seseorang dengan motivasinya”
Berdasarkan definisi kinerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai oleh seseorang, yang dinilai berdasarkan kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, kinerja guru berarti adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas dalam pembelajaran yang dibebankan kepadanya yang dilihat melalui kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian pembelajaran, dan tindak lanjut hasil penilaian
2.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Kualitas seorang guru akan sangat menentukan hasil dari pendidikan, karena guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari seseorang, menurut Sumarno (2009: 14) menyebutkan ada 3 faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu:
a.       Kemampuan, kepribadian dan minat kerja. Kemampuan merupakan kecakapan seseorang, seperti kecerdasan dan ketrampilan. Kemampuan pekerja dapat mempengaruhi kinerja dalam berbagai cara. Misalnya dalam cara pengambilan keputusan, cara menginterprestasikan tugas dan cara penyelesaian tugas. Kepribadian adalah serangkaian ciri yang relatif mantap yang dipengaruhi oleh keturunan dan factor sosial, kebudayaan dan lingkungan. Sedangkan minat merupakan suatu valensi atau sikap.
b.      Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peran seorang pekerja, yang merupakan taraf pengertian dan penerimaan seorang individu atas tugas yang dibebankan kepadanya. Makin jelas pengertian pekerja mengenai persyaratan dan sasaran pekerjaannya, maka makin banyak energi yang dapat dikerahkan untuk kegiatan kearah tujuan.
c.       Tingkat motivasi pekerja. Motivasi adalah daya energi yang mendorong, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Sehingga kinerja seseorang dapat lebih meningkat dengan adanya dorongan dari dalam dirinya yang dimiliki oleh seseorang tersebut sebagai modal dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
3.    Manajemen Kinerja Guru dalam Sistem Organisasi Sekolah
Menurut Robbins (Daman hermawan dan Cepi Triatna, 2011: 69) menekankan bahwa organisasi merupakan suatu sistem sosial yang perlu dikoordinasi dalam arti perlu manajemen. Menurut Surya Dharma (2011: 25) manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan.
Jadi manajemen kinerja guru dalam sistem organisasi sekolah merupakan usaha sistematis untuk mengelola kinerja guru dengan tujuan untuk meningkatkan kinerjanya baik secara individu maupun kelompok dan guna meningkatkan kinerja organisasi sekolah secara keseluruhan.Selain itu, manajemen kinerja guru dalam sekolah sangat mengutamakan sistem komunikasi terbuka dalam relasi kemitraan antara kepala sekolah sebagai pimpinan dan para guru sebagai staff pendidik di sekolah.Dimana komunikasi tersebut dilaksanakan melalui kepemimpinan untuk menetapkan tujuan dari pendidikan, rencana kerja, memberi umpan balik, penilaian kinerja serta pengembangan sekolah.
4.    IndikatorKinerja Guru
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan kinerja guru dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas dalam pembelajaran yang dibebankan kepadanya. Hal ini tercermin pada kemampuan guru sehubungan dengan tugasnya dalam proses belajar dengan indikator sebagai berikut:
a.       Kegiatan perencanaan pembelajaran.
b.      Pelaksanaan pembelajaran.
c.       Pelaksanaan penilaian pembelajaran.
d.      Tindak lanjut hasil penilaian.
B.       Tinjauan Tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
1.    Pengertian Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Untuk menjelaskan apa arti kepemimpinan itu akan dikemukakan terlebih dahulu dari sudut mana seseorang memandang atau memahami hakikat kepemimpinan itu, dan selanjutnya berdasarkan pemahaman tersebut akan terlihat bagaimana dia membuat perumusan atau mendefinisikannya. Pengertian kepemimpinan banyak dikemukakan oleh para ahli menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan. Menurut Sudarwan Danim (2008: 204) mendefinisikan kepemimpinan adalah segala tindakan yang dilakukan seseorang baik individu maupun kelompok untuk melakukan koordinasi dan melakukan pengarahan kepada individu atau kelompok lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Wiles (Burhanudin, 1994: 62) kepemimpinan merupakan segenap bentuk bantuan yang dapat diberikan oleh seseorang bagi penetapan dan pencapaian tujuan kelompok. Sedangkan menurut Siagian (Edy Sutrisno, 2011: 213-214) mengatakan kepemimpian adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, dimana bawahan akan melakukan apa yang menjadi kehendak pemimpin walaupun secara pribadi bawahan tersebut tidak menyukainya. Selain itu menurut J. Canon (Syaiful Sagala,2009: 115) mengatakan kepemimpinan adalah kemampuan atasan mempengaruhi perilaku bawahan maupun perilaku kelompok dalam organisasi.
Menurut (Ngalim Purwanto, 2005: 26) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain agar orang yang dipengaruhinya mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa. Sedangkan Menurut Armstrong (A.L Hartani, 2011: 28) kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Selanjutnya Ordway Tead (Kartini Kartono, 2005: 57) mengungkapkan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar orang yang dipimpinnya mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan Menurut (Wahyudi, 2009: 120) kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, baik individu atau kelompok. Serta kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku individu atau kelompok untuk memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, sehingga bawahan dengan senang hati mau melaksanakan tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin bawahannya. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat dari beberapa ahli diantaranya menurut (Nurkolis, 2006: 167) gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang lebih disukai oleh seorang pimpinan dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi para pekerja. Sedangkan Menurut (Miftah Thoha, 2010: 49) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada saat orang tersebut mempengaruhi orang lain.
Mengacu dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku seorang pemimpin yang secara konsisten saat mempengaruhi bawahannya supaya mau mengerjakan tugasnya dengan senang hati untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan bersama. Berdasarkan simpulan tersebut, maka gaya kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai persepsi para guru dan seluruh karyawan suatu sekolah terhadap pola prilaku atau bentuk dari tata cara seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi para bawahannya supaya mau mengerjakan tugasnya dengan senang hati untuk mencapai tujuan dari sekolah tersebut.
2.    Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Seorang kepala sekolah tidak hanya bertugas sebagai pemimpin tertinggi yang berada di sekolah, tetapi kepala sekolah dapat menjadi panutan bagi guru, pegawai serta warga sekolah. Fungsi dan peran kepala sekolah dalam menciptakan suatu keberhasilan haruslah dimulai dari perencanaan atau proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah terlebih dahulu. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah harus dapat menciptakan perubahan secara efektif dalam penampilan kelompok. Seorang pemimpin harus dapat menggerakkan orang lain sehingga secara suka orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki seorang pemimpin. Oleh karena itu kepala sekolah harus mengetahui fungsi dari kepemimpinannya.
Menurut Soewadji Lazaruth (1994: 20) menjelaskan 3 fungsi kepala sekolah, yaitu sebagai administrator pendidikan, supervisor pendidikan, dan pemimpin pendidikan.Kepala sekolah berfungsi sebagai administrator pendidikan berarti untuk meningkatkan mutu sekolahnya, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan fasilitas sekolahnya misalnya gedung, perlengkapan atau peralatan dan lain-lain yang tercakup dalam bidang administrasi pendidikan.
Kepala sekolah berfungsi sebagai supervisor pendidikan berarti usaha peningkatan mutu dapat pula dilakukan dengan cara peningkatan mutu guru-guru dan seluruh staf sekolah, misalnya melalui rapat-rapat, observasi kelas, perpustakaan dan lain sebagainya. Kemudian apabila kepala sekolah berfungsi sebagai pemimpin pendidikan berarti peningkatan mutu akan berjalan dengan baik apabila guru bersifat terbuka, kreatif dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana yang demikian ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemimpinan yang dilakukan kepala sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, peran seorang pemimpin atau kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang penuh serta memiliki wewenang yang kuat untuk meningkatkan kinerja bawahannya.Pentingnya peran kepala sekolah, sebagai pemimpin tertinggi dalam sekolah haruslah bersikap adil dan memiliki wibawa yang tinggi agar dapat mendukung tercapainya suatu tujuan menjadi lebih baik. Fungsi kepala sekolah itu mempunyai tugas memimpin, maka kepala sekolah itu merupakan kekuatan paling sentral yang mampu mempengaruhi, menggerakkan serta meyakinkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
3.    Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru
Kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pemimpin pada saat dia mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Norma perilaku tersebut diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan dalam aktifitas kepemimpinannya untuk mencapai tujuan suatu organisasi melalui orang lain.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi kepemimpinan kepala sekolah harus mempunyai kemampuan untuk menggerakkan, mengerahkan, membimbing, melindungi, membina, memberi teladan, memberi dorongan, dan memberi bantuan terhadap semua sumber daya manusia yang ada di suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat mewarnai kondisi kerja.Kebijakan, pengaruh sosial dengan para guru serta para murid dan juga tindakannya dalam membuat berbagai kebijakan, kondisi tersebut memberikan dampak pula terhadap kinerja para guru.Dengan demikian terdapat hubungan positif kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru sekolah dasar.Hal ini dapat dikatakan pula semakin baik kepemimpinan kepala sekolah semakin meningkat pula kinerja guru.
Dalam penelitian ini, gaya kepemimpinan kepala sekolah diperoleh dari penilaian teman sejawat yaitu berdasarkan persepsi guru-guru Sekolah Dasar. Persepsi guru tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah proses membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan mengorganisasikan pengamatan yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar terhadap cara kepemimpinan yang digunakan kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah.
Berdasarkan teori di atas, penulis mengembangkan indikator gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai instrumen penelitian (konstruk validitas internal) sebagai berikut:
a.    pengambilan keputusan,
b.    pembagian tugas kepada bawahan,
c.    inisiatif bawahan,
d.   pemberian sanksi/hukuman,
e.    pemberian penghargaan terhadap prestasi,
f.     menjalin komunikasi,
g.    monitoring pelaksanaan tugas, dan
h.    rapat kerja.
C.      Tinjauan Tentang Pemimpin
1.    Pengertian Pemimpin
Pemimpin memiliki bermacam-macam pengertian.Dimana dari beberapa pendapat tentang pengertian pemimpin memiliki kesamaan. Menurut (Susilo Martoyo, 1994: 165) pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Selanjutnya pengertian pemimpin menurut (Veithzal Rivai, 2002: 27) mengatakan bahwa pemimpin adalah  seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain. Sedangkan pengertian pemimpin menurut Fred E. Fieldler (Ngalim Purwanto, 2005: 27) pemimpin adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas-tugas pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok.
Selain itu pengertian pemimpin juga dijelaskan oleh Henry Pratt Fairchild (Kartini Kartono, 2005: 38) menyatakan pemimpin adalah seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha dan upaya orang lain melalui suatu kekuasaan. Sedangkan menurut (Kartini Kartono, 2005: 39) pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas bahwa pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan khusus yang lebih baik dari pada yang lain sehingga dapat mempengaruhi, mengarahkan dan membimbing orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Menurut Edy Sutrisno (2011: 228) mengemukakan beberapa tugas sebagai seorang pemimpin antara lain.

a.       Sebagai konselor
Sebagai seorang pemimpin seharusnya memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, maka dengan keterampilan tersebut pemimpin akan dapat memberikan bantuannya dalam pemecahan masalah-masalah pribadi, masalah pekerjaan, pengembangan karier dan sebagainya. Dimana keterampilan ini harus dimiliki oleh setiap pemimpin yang biasanya merupakan orang pertama yang menjadi tempat bertanya bagi para karyawannya.
b.      Sebagai Instruktur
Sebagai seorang pemimpin seharusnya mempunyai peran sebagai guru yang bijaksana, yang memungkinkan setiap bawahan semakin lama semakin pintar dalam melaksanakan tugasnya.Seorang bawahan mustahil dapat bekerja baik tanpa melakukan kesalahan-kesalahan bila tidak mendapatkan arahan dari atasannya.
c.       Memimpin Rapat
Seorang pemimpin dapat berperan sebagai pemimpin rapat, dimana pemimpin ini dapat bertindak sebagai pengarah, membantu kelompok sampai pada pengambilan keputusan yang dapat dipahami oleh setiap orang dan dapat diterima oleh seluruh bawahannya.
d.      Mengambil Keputusan
Seorang pemimpin juga memiliki tugas dalam pengambilan keputusan, karena keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh keterampilan pengambilan keputusan. Dimana pengambilan keputusan itu akan berdampak luas terhadap mekanisme organisasi yang dipimpinnya.
e.       Mendelegasikan wewenang
Seorang pemimpin tidak dapat mengerjakan sendiri seluruh pekerjaannya, oleh sebab itu seorang pemimpin yang bijaksana haruslah mendelegasian sebagian tugas dan wewenang kepada bawahannya.Dimana pendelegasian ini bertujuan agar jalannya organisasi tidak mengalami kemacetan, dan terhindar dari bau birokratis.
2.    Sifat-Sifat Pemimpin
Dalam upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu perilakunya, yang dapat dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya. George R. Terry (Susilo Martoyo, 1994: 173-174) mengemukakan 8 sifat seorang pemimpin, yaitu:
a.    Penuh energi, dalam mencapai kepemimpinan yang baik memang diperlukan energi yang baik pula, baik jasmani maupun rohani. Dimana seorang pemimpin harus sanggup bekerja dalam waktu yang tidak tertentu, ketika sewaktu-waktu tenaganya diperlukan maka dia harus sanggup untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
b.    Memiliki stabilitas emosi, seorang pemimpin yang efektif harus dapat menghilangkan rasa kecurigaan atau berfikir jelek terhadap bawahannya dan tidak boleh cepat emosi. Sebaliknya pemimpin harus dapat tegas, konsekuen dan konsisten dalam menentukan tindakan terhadap bawahannya.
c.    Memiliki pengetahuan tentang hubungan antara manusia, seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang sifat-sifat seorang manusia atau bawahannya, sehingga seorang pemimpin dapat memberikan reaksi atau tindakan terhadap bawahannya.
d.   Motivasi pribadi, seorang pemimpin harus memiliki dorongan dan motivasi yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, bukan karena paksaan dari luar dirinya.
e.       Kemahiran mengadakan komunikasi, seorang pemimpin harus mampu mengutarakan gagasan baik secara lisan maupun tulisan, hal ini berguna untuk mendorong kemajuan bawahannya serta dapat memberikan atau menerima informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama
f.       Kecakapan mengajar, pemimpin harus mampu memberikan petunjuk-petunjuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi, memberikan maupun menerima saran-saran dari bawahannya
g.      Kecakapan sosial, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang beragam, sehingga mereka benar-benar dengan penuh kemauan dan kesetiaan bekerja dibawah kepemimpinannya.
h.      Kemampuan teknis, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan teknis yang dapat berguna bagi seorang pemimpin untuk lebih mudah mengadakan koreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan tugas dari bawahannya.
Dari pendapat di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan sifat-sifat kepemimpinan dimana seorang pemimpin harus memiliki energi dan jasmani yang sehat, stabilitas emosi, pengetahuan tentang hubungan antara manusia, motivasi pribadi, kemahiran mengadakan komunikasi, kecakapan mengajar, kecakapan sosial, serta kemampuan teknis. Sehingga apa yang dibutuhkan oleh organisasi dapat terlihat oleh pemimpin dengan demikian tujuan organisasi dapat tercapai.
D.      Tinjauan Tentang  Motivasi
1.    Motivasi Kerja
Motivasi merupakan kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan dan memelihara perilaku manusia. Motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi pemimpin, karena pemimpin harus bekerja dengan orang lain. Seorang Pemimpin perlu memahami orang-orang yang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi (Handoko, 2002).
Robbins (2006) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual.
Menurut Mangkunegara (dalam Brahmasari, 2008) mengemukakan bahwa terdapat dua teknik memotivasi kerja pegawai yaitu : (1) teknik pemenuhan kebutuhan pegawai, artinya bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai merupakuan fundamental yang mendasari perilaku kerja. (2) teknik komunikasi persuasif, adalah merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan dengan cara mempengaruhi secara ekstra logis. Teknik ini dirumuskan dengan istilah “AIDDAS” yaitu Attention (perhatian),Interest(minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action (aksi atau tindakan), dan Satisfaction (kepuasan).         
Hughes et al (dalam Koesmono, 2005) mengatakan pada umumnya dalam diri seorang pekerja ada dua hal yang penting yaitu kompensasi dan pengharapan. Kompensasi adalah imbal jasa dari pengusaha kepada karyawan yang telah memberikan kontribusinya selalu menjadikan sebagai ukuran puas atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugasnya atau pekerjaannya, sedang pengharapan adalah harapan-harapan yang akan diperoleh dalam melakukan kegiatannya sehingga dapat memacu seseorang untuk maju.
Herzberg (dalam Robbins, 2006) memperkenalkan teori motivasi higiene atau yang sering disebut dengan teori dua faktor, yang berpendapat bahwa hubungan individu dengan pekerjaannya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikap seseorang terhadap kerja sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan individu tersebut.Herzberg juga menyatakan bahwa terdapat faktor yang diinginkan seseorang terhadap pekerjaan mereka.Dari respon yang dikategorikan, diketahui bahwa respon mereka yang merasa senang berbeda dengan respon mereka yang tidak merasa senang. Beberapa faktor tertentu cenderung secara konsisten terkait dengan kepuasan kerja dan yang lain terkait dengan ketidakpuasan kerja.
Dari pendapat diatassintesanya dapat ditarik motivasi ini merupakan subjek yang penting bagi pemimpin, karena pemimpin harus bekerja dengan orang lain. Kesuksesan bawahannya tergantung dari seorang pemimpin. Motivasi merupakan dorongan, upaya dan keinginan yang ada pada diri manusia yang akan mengarahkan perilaku untuk melakukan tugas atau pekerjaan dengan baik.
2.    Motivasi bekerja dalam Islam
Motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang
menggerakkan individu untuk berbuat. Jadi suatu kekuatan atau keinginan yangdatang dari dalam hati nurani manusia untuk melakukan suatu perbuatan tertentu(Anwar, 2010).
Untuk mengetahui motivasi kerja dalam Islam, kita perlu memahamiterlebih dahulu fungsi dan kedudukan bekerja.Mencari nafkah dalam Islamadalah sebuah kewajiban.Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengankebutuhan manusia, diantaranya kebutuhan fisik. Dan, salah satu cara memenuhikebutuhan fisik itu ialah dengan bekerja (Rahmat, 2010).
Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang
merupakan bagian dari ibadah. Rahmat (2010) juga mengatakan bahwa motivasikerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untukstatus, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Dengan demikian,motivasi kerja dalam Islam, bukan hanya memenuhi nafkah semata tetapi sebagaikewajiban beribadah kepada Allah setelah ibadah fardlu lainnya.Bekerja untukmencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam.
Allah telah berjanji kepada orang yang beriman dan melakukan pekerjaanyang baik bahwa bagi mereka ampunan Allah dan ganjaran yang besar (QS. 6:9).Ayat ini menunjukkan bahwa adanya motivasi kerja yang utuh dalam Islam.Motivasi bekerja untuk mendapatkan ampunan dan ganjaran Allah adalahmotivasi terbesar bagi seorang muslim. Bekerja dalam Islam tidak hanyamengejar “bonus duniawi” namun juga sebagai amal soleh manusia untuk menujukepada kekekalan.
Al-Qur’an menyatakan “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimudan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu”. (QS. Adz-Dzariyat)
“Dan tidak ada suatu makhluk (daabbah) pun di bumi, melainkan Allahlah yang menjamin rezekinya”. (QS. Huud)
“Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat mencari rezekinyasendiri, Allah lah yang memberi rezeki kepadanya dan jugakepadamu”. (QS. Al-Ankabut)
Dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah menjamin rezeki tiap-tiapumatnya yang bekerja dijalan-Nya, bahkan dari sesuatu yang tidak pernah terfikir.